Nama : HERMANSAH
Nim :20000907
Saat ini kita sedang di hadapkan oleh permasalahan sosial di masyarakat yang tidak kunjung usai, seperti kemiskinan, kriminalitas, kekurangan gizi, tunawisma, dan masih banyak lagi. Bahkan kini permasalahan tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Contohnya adalah tindakan kriminalitas dimasyarakat.
Akhir-akhir ini masyrakat cemaskarena banyak pembegal yang mengincar mereka tidak hanya motor, bahkan para pelaku begal ini tidak segan-segan mengambil nyawa pemiliknya. Maraknya pembegalan saat ini merupakan salah satu dari permasalahan sosial.
Sebenarnya, banyak tindakan yang telah diambil oleh pemerintah maupun para penegak hukum untuk menyelesaikanya, seperti memberi bantuan, mengadakan razia, dan masih banyak lagi, tetapi tetap saja tidak terselesaikan.
Hal ini menciptakan sebuah pertanyaan yang muncul dari benak pikiran kita, mengapa hal ini tidak kunjung usai ? Tidak terselesaikannya maslah sosial yang ada bukan dikarenakan tidak adanya tindakan dari pemerintah melainkan belum tersentuhnya akar permasalahan dari semua masalah ini.
Sesungguhnya akar permasalahan sosial ini adalah mutu pendidikan yang rendah. Pendidikan merupan suatu proses memanusiakan manusia yang bisa merubah kualitas hidup mereka menjadi lebih baik. Pendidikan juga akan membentuk manusia menjadi makhluk yang beradab dan bermoral. Namun, kenyataannya pendidikan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat, sehingga menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat.
Bukti rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bisa dilihat dari data UNESCO tahun 2020 tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (IPM). Indeks ini merupakan komposisi dari peringkat pencapaian suatu negara dari berbagai bidang. Seperti pendidikan, kesehatan, dan penghasilan perkepala. UNESCO menemukan bahwa indeks pengembangan manusia indonesia makin menurun dari tahun ke tahun. Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke 99(1997), ke 105 (1998) , dan ke-109 (1999) dari 174 negara yang ada di dunia.
Halserupa juga bisa di lihatdari survei politikal and Economic Risk consultant (PERC). Survei ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di indonesia menempati urutan ke- 12 dari 12 negara di Asia. Posisi indonesia bahkan berada di bawah Viatnam, negara yang notabene lebih kecil dari Indonesia.
Ironisnya lagi, data yang dilaporkan oleh The World Economic Forum Swedia (2000), mengungkapkan bahwa indonesia memiliki daya saing yang terbilang rendah, yakni hanya menempati urutan ke-37 dari 57 negara-negara didunia yang telah disurvei. Bahkan indonesia hanya berpredikat sebagai follower dalam hal pengembangan teknologi, bukan sebagai pemimpin dari 53 negara yang adadi dunia.
Dampak yang dirasakan Indonesia akibat rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah semakin meningkatnya angka kemiskinan, kriminalitas, dan masalah-masalah sosial lainnya.
Rendahnya pendidikan di indonesia membuat sebagian orang merasa kesulita di dalam hidupnya, sehingga mendorong mereka untuk melakukan tindakan kriminal, seperti pembegalan, pencurian, perampokan, pembunuhan dan lain sebagainya. Sebenarnya, mereka sama sekali tidak ingin melakukan tindakan itu semua, tetapi keadaanlah yang telah memaksa mereka.
Jika saja mereka memperoleh pendidikan yang lebih baik, tentu saja mereka tidak akan berbuat tindakan sekeji itu. Mereka akan menjadi pribadi yang beradab dan memiliki kemampuan yang baik dalam menghidupi diri serta keluarganya dengan skill-skill mumpuni yang di peroleh dari pendidikan berkualitas.
Berdasarkan penjabaran- penjabaran di atas bisa di simpulkan bahwa rendahnya pendidikan merupakan akar masalah dari meningkatnya permasalahan sosial di indonesia saat ini. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia agar sumber daya manusia indonesia menjadi lebih beradab, bermoral, dan juga tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara- negara lain.
Sumber :
Tulisan ini disadur dari http://www.prbahasaindonesia.com/2016/01/contoh-artikel-opini-pendidikan-indonesia.html, dan di beberapa bagian telah diubahsuai kalimatnya tanpa menghilangkan gagasan utama dari penulisnya.