Menu

Mode Gelap

Opini · 29 Mei 2023 12:56 WIB

Inovasi Laboratorium Klinik Rumah Sakit Pasca Covid-19


 Inovasi Laboratorium Klinik Rumah Sakit Pasca Covid-19 Perbesar

Oleh : Rachmat Ansyori, SpPK

Mahasiswa Magister Manajemen Inovasi – Universitas Teknologi Sumbawa

 

Seluruh dunia digemparkan dan dibuat heboh oleh adanya penemuan infeksi paru-paru misterius pada akhir tahun 2019, tepatnya pada tanggal 31 Desember. Adalah Infeksi new coronavirus disease yang disebabkan oleh virus Sars Cov 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome – Corona Virus 2) yang menyebabkan suatu infeksi paru-paru atau pneumonia yang parah dan dapat menular dengan cepat. Pada perkembangan berikutnya, infeksi akibat virus ini disebut dengan Covid-19 (Coronavirus disese-19). Infeksi yang disebabkan oleh virus ini saat itu menjadi perhatian serius oleh Badan Kesehatan dunia WHO (World Health Organization) karena dapat menyebabkan kematian dan menular dengan sangat cepat. Berbagai investigasi dilakukan dengan cepat, dan diputuskan oleh WHO bahwa dunia memasuki keadaan gawat darurat Kesehatan dan dinyatakan sebagai pandemi (wabah) global, sehingga setiap negara di dunia wajib melakukan upaya-upaya untuk mencegah penularan penyakit dengan sangat keras.

Upaya-upaya yang dilakukan di seluruh dunia dalam rangka mencegah penularan pasti diawali dengan deteksi dini penyakit Covid-19. Deteksi dini penyakit ini dilakukan secara klinis (mengamati gejala dan tanda yang ada pada pasien) dan juga dengan laboratoris. Upaya mendeteksi pasien melalui pemeriksaan klinis pada awalnya dilakukan dengan cukup sulit akibat pengetahuan terhadap penyakit ini yang masih sangat baru, namun seiring dengan waktu para dokter dan tenaga kesehatan lain semakin mengerti untuk deteksi penyakit Covid-19 ini dan bagaimana metode penularan untuk dilakukan upaya pencegahan.

Adapun deteksi penyakit Covid-19 melalui pemeriksaan laboratorium tidak membutuhkan waktu lama sejak pertama kali penyakit ini dideteksi di Wuhan, China. Negara-negara tetangga di Asia telah mampu melakukan deteksi laboratorium terhadap agen virus penyebab penyakit ini bahkan pada tanggal 7 Januari 2020. Materi reagen dan peralatan untuk deteksi virus ini di laboratorium telah dapat diproduksi saat itu juga. Nah, bagaimana dengan di Indonesia sendiri?

Kesiapsiagaan Indonesia dalam mendeteksi penyakit Covid-19 sudah dimulai sejak WHO menyatakan kegawatdaruratan global. Namun pada saat itu, tepatnya Januari hingga Maret 2020, pemeriksaan laboratorium pasien terduga Covid-19 di Indonesia dilakukan masih terpusat di Balitbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, pada tanggal 2 Maret 2020, secara resmi pasien Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi, pemeriksaan deteksi Covid-19 semakin luas dengan segala kemampuan laboratorium masing-masing. Pemeriksaan deteksi Covid-19 terbilang cukup kompleks untuk disebar ke seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tahap awal perkembangan pandemi, pemeriksaan yang cenderung mudah dan murah dilakukan lebih mudah untuk tersedia di seluruh Indonesia. Pemeriksaan itu adalah pemeriksaan Rapid Antibody Sars-CoV 2. Pemeriksaan yang dijadikan standar oleh WHO adalah pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi material genetic dari virus Sars-CoV 2 secara langsung dari swab nasofaring (hidung belakang) pasien. Pemeriksaan ini cukup rumit dan membutuhkan sertifikasi dari Kementerian Kesehatan untuk bisa melakukannya.

Pemeriksaan Rapid antibody Sars-CoV 2 ternyata tidak bertahan lama karena akurasi hasilnya secara klinis sering menimbulkan kesulitan dan membingungkan bagi masyarakat, sehingga mulai bulan September 2020, mulai dikembangkan pemeriksaan rapid antigen Sars-CoV 2 yang mendeteksi antigen (protein) dari virus Sars-CoV 2. Pemeriksaan ini pemeriksaan yang juga relatif murah, mudah, dan cepat dalam mendeteksi virus. Oleh karena itu, pemeriksaan ini menjadi primadona karena akurasi nya sedikit mendekati pemeriksaan PCR yang dijadikan rujukan. Saat pemeriksaan rapid antigen ini berkembang, pemeriksaan PCR juga sudah semakin banyak menyebar di seluruh Indonesia. Hal ini terjadi tidak lepas dari peranan pemerintah yang menekan harga pemeriksaan maksimal dari PCR, sehingga pemeriksaan ini lebih mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Nah, bagaimana dengan situasi di Sumbawa?

Perkembangan deteksi Covid-19 di Sumbawa dilakukan mengikuti perkembangan pemeriksaan laboratorium di Indonesia. Peranan Universitas Teknologi Sumbawa dan Science Technopark pada masa awal-awal pandemi Covid-19 sebagai tempat penyelenggaraan tes PCR Covid-19 walaupun dengan kapasitas tes yang tidak terlalu besar, tetap saja memberi dampak yang signifikan dalam mendeteksi penyakit sehingga mengurangi waktu tunggu hasil pemeriksaan. Pemeriksaan rapid antigen yang lebih mudah dan murah juga sudah dapat dilaksanakan di semua Rumah Sakit negeri dan swasta serta laboratorium swasta yang ada di Sumbawa. Tentu saja hal ini semua tidak lepas dari dukungan pemerintah, baik pusat, provinsi maupun kabupaten. Pemeriksaan PCR bahkan sejak bulan November 2021 dapat dilakukan secara kontinyu di Laboratorium Rumah Sakit H.L Manambai Abdulkadir Sumbawa. Rumah Sakit Manambai Abdulkadir membuka layanan pemeriksaan PCR dengan membangun laboratorium khusus mikrobiologi dan biomolekuler yang sesuai standar dari Kementerian Kesehatan.

Seiring berjalannya waktu, kasus positif Covid-19 semakin hari semakin menurun. Sempat meningkat pada bulan Februari-Maret 2022, Juni-Juli 2022, dan sedikit pada Oktober 2022 yang disebabkan oleh adanya varian omicron dan turunannya, sejak awal tahun 2023, angka positivitas dan kematian akibat Covid-19 mulai menurun dan dapat terkendali. Puncaknya, pada tanggal 5 Mei 2023, WHO sebagai otoritas kesehatan dunia mengumumkan pengakhiran masa kegawatdaruratan global penyakit Covid-19. Dengan dicabutnya status gawat darurat ini, tentu WHO berharap sistem Kesehatan di masing-masing negara telah mampu dan terbiasa dalam menangani penyakit Covid-19. Begitupun hal nya yang terjadi di Kabupaten Sumbawa. Laboratorium mikrobiologi dan biomolekuler yang memang dibangun untuk membantu deteksi penyakit Covid-19 harus berkembang ke arah yang lebih baik dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat NTB pada umumnya, dan masyarakat Sumbawa pada khususnya. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam mengembangkan layanan pemeriksaan biomolekuler dan mikrobiologi di RS H.L manambai Abdulkadir (RSMA) Sumbawa sehingga lebih dapat memberi manfaat lebih.

Inovasi tidak hanya terjadi karena kemampuan kreatif dari sang inovator, namun juga dapat ditekan oleh suatu keadaan sehingga aktor-aktor di dalamnya harus memutar otak kreativitas demi terciptanya suatu produk atau layanan yang bermanfaat. Begitu pula pandemi Covid-19 ini membawa manfaat bagi pelaku ataupun pekerja laboratorium dalam mengakselerasi diri menciptakan layanan yang bahkan sebelumnya tidak pernah terbayang akan ada di Sumbawa. Beberapa inovasi telah dilakukan RSMA dalam memanfaatkan laboratorium mikrobiologi dan biomolekuler pasca Covid-19, diantaranya adalah pemeriksaan kultur bakteri, pemeriksaan viral load HIV/AIDS, dan juga pemeriksaan PCR virus HPV untuk pencegahan kanker serviks.

Pemeriksaan kultur bakteri merupakan pemeriksaan untuk mencari bakteri dari bahan / specimen klinis pada pasien sehingga penyebab infeksi diketahui sehingga dapat dengan mudah dipilihkan obatnya. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat bagi pasien-pasien dengan infeksi berat, karena mengetahui bakteri penyebab infeksi dengan pasti dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Laboratorium RSMA merupakan satu-satunya laboratorium di Pulau Sumbawa yang dapat melakukan pemeriksaan ini sejak Bulan Juli tahun 2022.

Pemeriksaan viral load HIV/AIDS adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksan jumlah virus HIV pada penderita HIV/AIDS di Sumbawa. Pemeriksaan ini sangatlah penting dilakukan sebagai upaya melakukan evaluasi pengobatan bagi penderita HIV, demi tercapainya target penderita HIV di kabupaten Sumbawa, dimana 95% pasien yang terdeteksi dapat berobat dengan rutin, dan 95% nya terkendali melalui hasil pemeriksaan viral load yang hasilnya sesuai.

Adapun inovasi yang paling mutakhir dari pemanfaatan laboratorium pasca Covid-19 adalah pemeriksaan PCR untuk deteksi virus HPV. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang penting untuk mendeteksi infeksi virus HPV yang merupakan penyebab utama kanker serviks (kanker leher rahim). Hal yang menarik dari pemeriksaan ini adalah menggunakan sampel urin sehingga memiliki kenyamanan bagi pasien karena tidak perlu mengambil sampel lender serviks seperti di masa-masa sebelumnya. Laboratorium RSMA telah dapat melakukan pemeriksaan ini sejak bulan Maret 2023, demi mendukung penurunan angka kanker serviks di seluruh Indonesia. Pemeriksaan ini juga merupakan pilot project yang akan dievaluasi pemerintah untuk menekan insidensi kanker serviks di masa yang akan datang.

Inovasi-inovasi tersebut merupakan inovasi layanan RSMA yang sekiranya dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Tentu saja, pandemi Covid-19 banyak membawa luka mendalam bagi kita,dan bagi ketahanan sistem kesehatan Indonesia, namun setidaknya hal tersebut membuat kita dapat belajar bahwa kita dapat memanfaatkan kisah pandemi itu untuk akselerasi dan inovasi pelayanan kesehatan agar menjadi lebih baik lagi ke depannya. (*)

Artikel ini telah dibaca 223 kali

Baca Lainnya

Pemimpin Muda Dalam Tatanan Birokrasi Dan Karakteristiknya

10 Desember 2023 - 09:24 WIB

Dukung Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Bidang III DPMD Berkunjung ke Sumbawa Techno Park Di UTS

9 Desember 2023 - 12:04 WIB

Hakikat KIP Kuliah

6 Juli 2023 - 07:38 WIB

Mutu Pendidikan Rendah Akar dari Semua Masalah Hidup

1 Juni 2023 - 13:04 WIB

Perforasi Gaster ; Kenali Bahayanya dan Cegah Bersama

24 Mei 2023 - 17:22 WIB

Tugas Dan Fungsi Tim Pendamping Keluarga Dalam Percepatan Penurunan Stunting

21 Mei 2023 - 11:45 WIB

Trending di Opini