Gufran – Mahasiswa S1 Prodi Peternakan Fakultas Peternakan dan Perikanan – Universitas Samawa
Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mewabah di Indonesia khususnya Kabupaten Sumbawa yang sangat berdampakbesar bagi peternak. Kenaikan kasus PMK khusus di Sumbawa diduga terjadi dari lalu-lintas truk logistik lintas pulau dan lintas provinsi yang dimana sangat aktif .
Kasus PMK di Kabupaten Sumbawa sudah semestinya menjadi perhatian bagi para pemangku kebijakan untuk lebih memperketat implementasi regulasi lalu-lintas di setiap pintu masuk. Pengetatan itu dengan lebih mengoptimalkan biosecurity mulai dari lingkup terkecil. Dia bilang, biosecurity lemah akan menjadi ancaman nyata bagi wilayah sebelah timur NTB, yakni Nusa Tenggara Timur. “Jika biosecurity kurang baik, tinggal menunggu waktu NTT jadi zona merah PMK karena tertular daerah sekitar, terutama dari Sumbawa.
Strategi lain dalam menekan angka kasus PMK, yakni potong bersyarat, pengobatan dan vaksinasi. Melalui strategi potong bersyarat, hewan ternak yang terinfeksi virus PMK dan atau tidak dapat disembuhkan. Dia meminta, agar dipotong bersyarat saja agar tak menulari hewan ternak lain. Kemudian, mengobati hewan ternak yang terinfeksi virus PMK dan meningkatkan imunitas. Selain pengobatan, pemberian vaksinasi pada hewan ternak juga sangat penting terlebih bagi ternak sehat dalam zona merah.
Data per 17 Mei-24 Agustus 2022, kasus PMK di NTB ada 96.656 hewan ternak (sapi), sembuh 92.209, mati 229, potong bersyarat 250 dan masih sakit 3.968. NTB berada di peringkat keenam dengan total kasus aktif PMK 3.968 sapi. Sumbawa, terbanyak kedua di NTB setelah Lombok Tengah dan Bima peringkat ketiga. Adapub kasus aktif di Sumbawa 1.282, Bima 640 dan Lombok Tengah 1.675 sapi.
Kendati secara akumulasi kasus PMK di NTB mengalami penurunan, namun dengan Sumbawa tertular, perlu penanganan masif dan terarah agar lonjakan bisa ditekan. Sementara itu, PMK nasional sampai 7 September 2022, sudah menulari 24 provinsi dengan 296 kabupaten dan kota dengan lebih 500.000 sapi terjangkit. “Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan PMK ini tidak hanya pada peternak yang mengalami penurunan produktivitas hingga kehilangan hasil, tetapi kerugian secara nasional,” kata Dewi Prasinta, Deputi Bidang Pecegahan Prasinta Dewi BNPB, Senin (6/9/22).
Dan pada saat ini Penyakit Hewan Menular yaitu Penyakit Mulut dan Kuku atau yang lebih dikenal dengan PMK sudah mulai bisa di kendalikan, karena pada saat ini hewan yang terkena pada bulan agustus hingga September kemarin di wilayah Kabupaten Sumbawa sudah bisa di klaim sembuh dan akan kebal kurang lebih 6 bulan kedepan oleh karena sebab itu saat ini Dinas Peternakan Sumbawa melakukan vaksinasi pada ternak yang tidak terdampak virus dan yang sudah sembuh di langsungkan dengan pemasangan atau penandaan ternak eartag yang berguna sebagai indentitas ternak sekaligus bukti telah dilakukannya vaksinasi, vaksinasi dilakukan tiga tahap yang dimana tahap pertama dengan 2 ml aftopor, kedua dilakukan 1 bulan berikutnya 2 ml Aftomune/Aftogen/Aftogen Oleo dan tahap ketiga setelah 6 bulan berikutnya sebagai booster dari vaksin pertama dan kedua, program ini akan berlangsung hingga tahun 2023 sampai semua ternak di kabupaten sumbawa teraplikasikan oleh karena semua data hewan yang telah dilakukan vaksinasi akan dimaukkan di dalam sebuah aplikasi AIM dan untuk penandaan ternak di aplikasi IDENTIK PKH agar tidak adanya kasus data tertukar maupun kehilangan data.
Oleh karena itu pada saat ini lalu lintas ternak di Kabupaten Sumbawa sangat ketat dan biosecurity lebih diperhatikan lagi untuk menghindari adanya kasus-kasus penyakit hewan menular bermunculan agar seluruh ternak di kabupaten Sumbawa tidak terjangkit berbagai virus lainnya. (*)