Menu

Mode Gelap

Kesehatan · 8 Okt 2024 22:23 WIB

Pentingnya Memahami Bahaya Terapi Kortikosteroid Khususnya Dibidang Kulit, Kelamin dan Estetika


 Pentingnya Memahami Bahaya Terapi Kortikosteroid Khususnya Dibidang Kulit, Kelamin dan Estetika Perbesar

dr. Yogi Triatmakusuma., Sp. D.V.E
Dokter spesialis Dermatologi (Kulit), Venereologi (kelamin) dan Estetika RSUD Sumbawa dan Apotek Gitria Farma Sumbawa

Dr Amanda Oakley, Dermatologist, Hamilton, New Zealand pada February 2016 menjelaskan bahwa kortikosteroid merupakan jenis obat antiperadangan dengan berbagai macam sediaan baik topikal dan sistemik (injeksi dan obat minum) dengan jenis yang sering beredar dipasarasan seperti : Prednison, Prednisolon, Metilprednisolon, Betametason, Deksametason, Hidrokortison dan sejenis lainnya. Prednison dan prednisolon merupakan kortikosteroid tablet yang paling sering diresepkan atau dikonsumsi untuk penyakit kulit inflamasi. Jenis Prednison tablet adalah steroid sistemik yang paling sering diresepkan di Selandia Baru.

Muhammad Yasir, dkk dalam jurnal terbitan National Institutes of Health tahun 2023 menginformasikan dampak buruk penggunaan terapi Kortikosteroid seperti gangguan di lambung, perlemakan hati, gangguan psikiatri, osteoporosis (pengapuran tulang), miopati (kerusakan otot), peningkatan kadar glukosa di tubuh, cushingoid (redistribusi lemak tubuh dengan obesitas batang tubuh, punuk kerbau, dan wajah bengkak seperti “bulan”), krisis adrenal (hipotensi, syok, penurunan kesadaran, kelesuan, hipoglikemia yang tidak dapat dijelaskan, kejang, dan bahkan kematian), resiko infeksi, hipertensi, katarak, glukoma, khususnya dalam bidang dermatologis walaupun dalam dosis rendah dapat menyebabkan ekimosis, penipisan dan atrofi kulit, jerawat, hirsutisme ringan, eritema wajah, striae, gangguan penyembuhan luka, penipisan rambut, terlihatnya pembuluh darah, serta kejadian dermatitis perioral.

Terkait dua laporan diatas perlu diperhatikan Kortikosteroid sendiri merupakan salah satu golongan obat keras yang seharusnya didapatkan dengan resep dokter. Masalah yang sering muncul dimasyarakat terkait dengan steroid hingga saat ini adalah masarakat sering mendapatkan serta mengkonsumsi kortikosteroid secara bebas tanpa memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara penggunaan obat-obat steroid. Namun terkadang agen Kortikosteroid diperoleh dari peresepan tanpa mendapatkan kejelasan tujuan maupun tatacara yang benar terhadap pemberian terapi tersebut.

Suatu kegiatan untuk pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Lampo, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah oleh Erik Budiawan, dkk pada tahun 2023 (penerbit: https://ojs.unimal.ac.id/jmm voll 2, no 1), dilakukan edukasi berupa pemberian materi serta diskusi metode tanya jawab tentang bahaya penggunaan steroid yang tidak rasional. Dalam pengukuran tingkat pengetahuan masyarakat melalui pembagian kuisioner yang wajib diisi oleh peserta sebelum pemberian materi (pre-test) dan setelah pemberian materi (post-test). Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat terkait dampak penggunaan steroid yang tidak rasional.

Mengubah paradigma

Pentingnya mengubah paradigma seluruh aspek yang terkait penggunaan kortikosteroid, dimana pentingnya penegakan diagnosis dengan etiologi atau mencari faktor penyebab yang jelas, dengan dukungan data objektif (baik pemeriksaan fisik maupun penunjang), setelah hal tersebut barulah pemberian kortikosteroid dapat diberikan dengan berbagai sistem penunjang agar Masyarakat dapat memahami tatacara penggunaan kortikosteroid. Salah satu indikasi mutlak penggunaan kortikosteroid dalam bidang kulit, kelamin dan estetika adalah pada Dermatitis, autoimun (lupus eritematosus, sarckoidosis), vaskulitis hingga Jerawat sedang-berat (kompetensi dokter spesialis kulit), namun yang terjadi kurangnya data objektif dalam mencari faktor penyebab membuat kortikosteroid tablet sering diberikan ke Masyarakat dengan dosis dan tatacara yang tidak relevan, khususnya pada kasus Psoriasis Vulgaris yang awalnya diduga dermatitis kronis, hal tersebut yang menyebabkan resiko kekambuhan psoriasis yang lebih berat saat pemberhentian kortikosteroid tersebut (diinformasikan juga oleh Jacquiline Habasy, dalam Medscape terbitan 2 juli 2024).

Melalui artikel ini diharapkan Masyarakat mendapatkan edukasi tentang risiko dan dampak berbahaya dari konsumsi kortikosteroid, dan mengubah paradigma bahwa steroid yang juga disebut “obat dewa” karena dianggap dapat menyembuhkan berbagai penyakit dengan waktu maupun efek yang dramatis dan cepat. Pada artikel yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Dinas Kesehatan pada 9 Juli 2024 Penggunaan kortikosteroid masih cukup tinggi pada masyarakat dikarenakan keinginan dalam meningkatkan performa fisik (terutama pada atlet) atupun untuk dampak estetik kosmetik yang walaupun sudah sangat dilarang penggunaannya. Dimana data menunjukkan pada kelompok masyarakat, terdapat sekitar 0,5% populasi masyarakat yang telah menggunakan steroid, angka tersebut meningkat menjadi 1% pada kelompok usia 18-34 tahun. Sementara, pada kelompok anak usia sekolah, angka penggunaan steroid juga cukup mengkhawatirkan dan terus mengalami peningkatan seiring perjalanan usia. Bahkan, pada anak usia kelas 12 (setara kelas 3 SMA), 4% di antaranya telah/pernah menggunakan steroid (dibandingkan 3,5% pada kelas 10 dan 2,5% pada kelas 8).

Harapan besar agar masyarakat sangat kritis pada saat diberikan terapi kortikosteroid, dengan cara menanyakan dan mengkonfirmasi penjelasan dari tenaga medis maupun bidang lain yang dapat memberikan terapi tersebut dengan cara mengkonfirmasi melalui media-media internet yang sangat mudah diakses namun dengan latar belakang sumber yang dapat dipertanggungjawabkan (dari tenaga medis/dokter ahli lain dibidangnya), serta tidak mudah memutuskan membeli secara bebas berdasarkan keyakinan maupun pengalaman pengobatan sebelumnya. Untuk itu hasil pengobatan yang tertuju pada penyebabnya, dapat dilalui secara bertahap (sesuai kondisi fisiologis tubuh manusia) bukan secara instan yang dapat mengakibatkan efek samping dikemudian hari.

Artikel ini telah dibaca 76 kali

Baca Lainnya

PT SMM Renovasi Tujuh Posyandu dan Empat PAUD

12 Agustus 2024 - 15:59 WIB

PT SMM Bantu Cegah Angka Ibu Hamil KEK dan Balita Kurang Gizi

12 Agustus 2024 - 15:55 WIB

RS Apung PDIP Laksanakan Pengobatan Gratis di Sumbawa

14 Desember 2023 - 17:34 WIB

Peringati HKN ke 59, Ketua Rafiq Ajak Masyarakat Hidup Sehat

19 November 2023 - 14:01 WIB

Tingkatkan Mutu Pelayanan, Puskesmas Alas Barat Siap Reakreditasi

7 November 2023 - 17:13 WIB

Dislutkan NTB Sosialisasikan Dampak Penggunaan Kompresor di Gili Tapan

1 November 2023 - 11:28 WIB

Trending di Kesehatan